Aku ingat pertama kali aku mendengar tentang device AIO (All-in-One). Sejujurnya, aku agak skeptis. “Apa bedanya sih dengan vape lainnya?” pikirku. Saat itu, aku sudah nyaman banget dengan perangkat pod yang kupakai, jadi kenapa harus repot-repot coba sesuatu yang baru? Tapi, rasa penasaran selalu jadi musuh terbesarku, jadi akhirnya aku memutuskan untuk mencoba. Dan yah, ternyata aku belajar beberapa hal penting dari pengalaman itu.
Oke, sebelum kita masuk lebih dalam, aku mau sedikit cerita dulu apa itu device AIO—buat kamu yang mungkin masih baru atau lagi mencari-cari informasi sebelum beli. AIO device ini, singkatnya, adalah perangkat vape yang menggabungkan semua yang kamu butuhkan dalam satu unit: tank, coil, dan baterai. Praktis banget! Kamu nggak perlu beli bagian-bagian terpisah, semuanya udah ada di sana. Ini yang bikin AIO jadi pilihan favorit untuk vapers yang suka simplicity alias kepraktisan.
Nah, kembali ke pengalamanku. Waktu itu, aku pilih device AIO yang lagi tren, katanya punya fitur super canggih. Begitu paketnya sampai, aku langsung excited buat nyobain. Rasanya seperti anak kecil yang baru dapat mainan baru—buka bungkusnya, liat semua fiturnya, baca manual-nya (meskipun, jujur, jarang banget aku baca sampai selesai). Tapi, langsung aja aku mulai ngerakit, isi liquid, dan boom, udah siap buat nge-vape.
Tapi, ternyata nggak semulus yang kubayangin.
Masalah pertama yang aku temuin: leakage. Wah, jujur aja, ini ganggu banget. Setiap kali aku bawa device AIO ini di kantong, liquid-nya suka bocor. Aku nggak bilang semua AIO kayak gini, tapi yang kupakai waktu itu jelas punya masalah. Setelah sedikit riset, aku akhirnya paham kalau salah satu kelemahan AIO ini adalah sistem tank-nya yang kadang nggak begitu tahan terhadap tekanan, apalagi kalau kamu sering bawa-bawa di saku celana kayak aku. Jadi tips pertama: selalu pastikan tank tertutup rapat, dan hindari terlalu sering mengocok-kocok device kalau kamu pengen bebas bocor.
Lalu, yang kedua—dan ini agak menyebalkan juga—coil-nya sering banget gosong dalam hitungan hari. Aku nggak tahu apakah aku yang salah pilih liquid atau cara pengisapanku yang terlalu kasar. Akhirnya, aku belajar pentingnya memilih liquid dengan PG/VG ratio yang tepat. Misalnya, kalau kamu pakai coil dengan resistansi rendah (kayak 0.15 atau 0.2 ohm), pastikan kamu pakai liquid dengan VG yang lebih tinggi. Ini buat mastiin coil-mu nggak cepat gosong dan kamu bisa menikmati rasa lebih lama. Oh, ngomong-ngomong soal rasa, device AIO yang aku pakai ini ternyata bagus banget dalam hal itu. Bener-bener memberikan pengalaman flavor chasing yang memuaskan.
Sekarang, mari kita bahas kenapa device AIO ini cocok banget buat kamu yang baru terjun ke dunia vaping atau buat yang pengen alat simpel. Salah satu hal yang paling aku suka dari AIO adalah fleksibilitasnya. Kamu bisa pakai nic salt ataupun freebase liquid tanpa harus ganti device. Tinggal ganti coil, dan siap deh! Nggak ribet sama sekali.
Oh, dan satu lagi, buat kamu yang sering lupa ngecas perangkat (aku sering banget kayak gitu!), device AIO biasanya punya baterai built-in yang cukup besar. Jadi, kamu nggak perlu bawa-bawa baterai cadangan atau external charger. Cukup colok ke USB-C (untung sekarang banyak yang udah pakai port ini) dan kamu bisa ngecas di mana aja, bahkan di mobil sekalipun.
Baca juga : Tips Merawat Perangkat Vape Agar Awet dan Berkinerja Optimal
Tapi, ada satu hal yang harus kamu perhatikan: ukuran. AIO ini seringkali lebih besar daripada perangkat pod standar. Jadi, kalau kamu suka vape yang compact, mungkin perlu pikir-pikir lagi sebelum beli. Aku pribadi sih nggak masalah dengan ukurannya karena aku lebih peduli sama performa, tapi buat kamu yang sering pake vape di tempat umum dan butuh sesuatu yang lebih kecil, bisa jadi pertimbangan penting.
Selain itu, aku juga mau kasih saran buat kamu yang baru pertama kali beli AIO. Cobalah untuk cari device yang punya pengaturan watt yang fleksibel. Ini penting banget, terutama kalau kamu suka eksperimen dengan berbagai jenis coil dan liquid. Kadang, kalau watt terlalu rendah, rasa liquid nggak keluar maksimal. Sebaliknya, kalau terlalu tinggi, bisa bikin liquid jadi burnt. Makanya, fleksibilitas watt bisa ngebantu banget buat menyesuaikan pengalaman vaping sesuai dengan selera kamu.
Oh ya, hampir lupa! Salah satu pelajaran penting yang aku pelajari setelah beberapa kali pakai AIO: rajin-rajinlah bersihin perangkatmu. AIO memang praktis, tapi tetap butuh perawatan. Biasakan bersihin tank dan coil secara berkala, setidaknya seminggu sekali, biar kamu bisa terus nikmatin rasa liquid dengan maksimal tanpa terganggu oleh kotoran atau residu yang nempel di coil.
Jadi, intinya, buat kamu yang lagi galau mau beli device AIO atau nggak, aku bisa bilang bahwa ini adalah perangkat yang sempurna buat kamu yang suka kepraktisan, tapi tetap ingin kualitas rasa yang maksimal. Ya, mungkin ada beberapa tantangan seperti leakage atau coil yang cepat gosong, tapi semuanya bisa diatasi dengan sedikit pengalaman dan pemahaman tentang cara kerja perangkat ini.
Terakhir, kalau aku boleh saran: selalu baca ulasan dari pengguna lain sebelum beli. Pengalamanku mungkin berbeda dengan orang lain, dan itu wajar. Jadi, pastikan kamu benar-benar memahami kelebihan dan kekurangan setiap model sebelum memutuskan untuk beli.
Itulah sedikit cerita dan tips dari aku tentang device AIO. Semoga bermanfaat buat kamu yang lagi bingung memilih perangkat vape!
Jangan lupa juga follow instagram kami @idjofficial biar ga ketinggalan info-info menarik seputar IDJ yaa!
Masih bingung atau ragu dalam mendaftar di IDJ? Tanya-tanya sama admin disini yuk!